Kamis, 30 Oktober 2014

Unsur-unsur Pancasila sebagai sistem Filsafat

Unsur-unsur Pancasila sebagai sistem filsafat




Nama : Andy Utari Annisa
NPM : 20313975
Kelas : 2TB04

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Teknik Arsitektur
Universitas Gunadarma
2014

Unsur-unsur Pancasila sebagai sistem Filsafat

A.    Pengertian Filsafat
Secara etimologi, filsafat adalah kata atau istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu Philos, Philo, Philein yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan Sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah, Filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebajikan.
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phytagoras (496 – 582 SM). Dia adalah seorang ahli pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1.      Keheranan, Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2.      Kesangsian, Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disansikan lagi.
3.      Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama apabila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
Pada umumnya tedapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Keseluruhan arti filsafat meliputi berbagai masalah yang dapat dikelompokkan menjadi dua macam yakni sebagai berikut :
1.      Filsafat sebagai produk
Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf dari zaman dahulu yang lazimnya suatu aliran atau suatu sistem filsafat tertentu misalnya: nasionalisme, rasionalisme, hedonism dan lain sebagainya.
Filsafat sebagai suatu jenis masalah yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi, manusia menari suatu kebenaran yang bersumber pada akan manusia.
Filsafat merupakan suatu kumpulan paham yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu sistem nilai namu lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan metode tersendiri. Cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut: Metafisika yang membahas hal-hal yang dibalik fisis, Epistermologi yang membahas berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan, Metodologi yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan, logika yang berkaitan dengan filsafat berpikir yakni rumus, dalil-dalil berpikir yang benar, etika yang berkaitan dengan tingkah laku, estetika yang berkaitan dengan hakikat keindahan.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti, Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat.
B.     Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ciri-ciri sistem sebagai berikut :
1.      Suatu kesatuan bagian-bagian
2.      Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi masing-masing
3.      Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4.      Keseluruhan yang dimaksudkan bertujuan untuk mencapai tujuan dari sistem itu sendiri
Pancasila memiliki bagian-bagian yang disebut sila yang berfungsi seccara privat namun secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang sistematis.
C.     Susunan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis
Pancasila merupakan suatu kesatuan majemuk yang tunggal sehingga konsekuensinya pada setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan antara sila yang satu dan sila yang lain terutama pada bagian isinya saling berkaitan. Sifat organis pada pancasila sendiri bersumber pada hakikat manusia yang monopluralis yang merupakan kesatuan organis dari susunan kodrat jasmani, sifat kodrat rohani, dan kedudukan kodrat sebagai mahluk berdiri sendiri dan mahluk TuhanYME. Hal ini terjadi karena manusia sebagai pendukung utama inti dari Pancasila.
D.    Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhi dan berbentuk Piramidal
Makna pyramidal dalam susunan Pancasila adalah menggambarkan susunan sila-sila pancasila dalam urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isinya (kualitas). Sedangkan, makna hierarkhi adalah susunan pancasila sudah dikemas sedemikian rupa sehingga urutannya tidak akan berubah. Dalam hal bernegara harus terdapat kesesuaian antar hakikat dan nilai-nilai pancasila, yakni bahwa hakikat manusia sebagai tuhan YME yang membentuk persatuan manusia yang disebut rakyat untuk mendirikan sebuah persatuan yang dinamakan Negara dan tujuan bersama yakni untuk mendirikan sebuah persatuan yang dinamakan Negara dengan tujuan bersama yakni suatu keadilan dalam suatu persekutuan hidup bermasyarakat Negara. Rumusan hierarki Pancasila yang berbentuk pyramidal bermakna bahwa sila yang satu menjiwai sila yang lain.
E.     Kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat
1.      Dasar Antropologis atau Ontologis
Dasar ontologism pancasila pada hakikatnya bersumber dari manusia yang berhakikat mutlak monopluralis. Sehingga tepat bila dikatakan bahwa dasar ontologis sila-sila pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa manusia merupakan mahluk tuhan YME yang membentuk suatu kelompok individu yang berbentuk rakyat selanjutnya rakyat membentuk suatu Negara dengan jalan bersatu dengan memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai yakni tujuan-tujuan sosial yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.      Dasar Epistemologis
Tiga hal yang menjadi focus dalam dasar epistemologis. Pancasila adalah sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan ini berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai adat, kebudayaan, dan religious. Kedua mengenai susunan Pancasila sebagai sistem pengetahuan yakni isi pancasila yang bersifat umum universal atau dapat diterjemahkan menjadi esensi pancasila yang dapat dijadikan tolak ukur dalam bernegara dan sumber tertib hukum lalu isi pancasila yang umum kolektif yang berarti menjadi sumber tertib hukum bagi bangsa Indonesia dan pancasila juga khusus dan kongkrit yang berarti bahwa pancasila dalam merealisasikan setiap isinya dalam setiap aspek kehidupan khusus atau konkret serta dinamis. Dan yang ketiga pandangan pancasila tentang pengetahuan manusia. Pancasila mengakui kebenaran yang diperoleh manusia berdasarkan rasa, akal, dan kehendak dan juga bersumber dari isi rohani seseorang selain pancasila juga mengakui kebenaran rasio yang bersumber pada akan manusia dan juga kebenaran berdasarkan intuisi dan alat indra dan segala bentuk penggunaan fisik dan mental sera jasmani dan roani yang ada pada diri manusia
3.      Dasar Aksiologis
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila mengandung nilai-nilai kehoranian dan juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis sepertii nilai-nilai material, vital, kebenaran, kebaikan, keindahan, moral dan kesucian dimana sila pertama sebagai basisnya hingga sila kelima sebagai tujuannya.
F.      Perbedaan filsafat Pancasila dengan filsafat lain di dunia
1.      Filsafat Komunisme
Dalam filsafat komunisme tidak mementingkan adanya hal-hal ketuhanan. Semua hal diatur oleh satu kelompok yang paling berkuasa misalnya Partai komunis. Dalam sifat komunis semua kebebasan dihapuskan. Semua hal diatur oleh penguasa tunggal sehingga sumber dari segala sumber hukum yang berlaku tidak berasal dari suara rakyat namun dari penguasa tunggal yang ada dimana filsafat komunis itu berada.
2.      Filsafat liberalisme
Dalam filsafat liberalism semua hal tidak memiliki batas sehingga memungkinkan adanya benturan-benturan dalam masyarakat. Tidak ada yang mengatur tentang penanggulangan benturan-benturan tersebut. Masyarakat hanya akan menegur bila merasa terganggu oleh orang lain namun apabila tidak merasa terganggu maka mereka cenderung untuk bersikap bodoh.
3.      Filsafat Individualisme
Filsafat ini lebih cenderung menitikberatkan pada kehidupan masing-masing orang dimana antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak mempunyai ikatan sosial atau dengan kata lain mereka berdiri masing-masing. Tidak ada persatuan ataupun tujuan bersama.

G.    Inti isi sila Pancasila
1.      Sila pertama
Dalam sila ketuhanan yang maha esa terkandung makna bahwa Negara didirikan sebagai perwujudan manusia sebagai mahluk tuan.
2.      Sila kedua
Dalam sila kedua mengandung makna bahwa Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang beradab.
3.      Sila ketiga
Dalam sila ketiga mengandung makna bahwa Negara terbentuk atas manusia-manusia yang saling bersatu
4.      Sila keempat
Dalam sila keempat mengandung makna nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup bernegara
5.      Sila kelima
Terkandung makna yang merupakan nilai-nilai yang merupakan tujuan bersama sebagai tujuan Negara.

H.    Kesimpulan
Pancasila yang merupakan hasil pikiran, analisis serta kajian-kajian yang dilakukan secara mendalam oleh para pendiri bangsa Indonesia adalah merupakan sebuah sistem filsafat. Disebut demikian karna pengertian filsafat itu sendiri adalah analisa kritis terhadap konsep-konsep dasar yang dengannya orang berfikir tentang dunia dan kehidupan manusia (alston). Dikatakan sebagai suatu sistem karena sila-sila yang ada dalam pancasila bukan saling berdiri sendiri, melainkan sila-sila tersebut saling memiliki keterkaitan dan hubungan yang saling mengkualifikasi antara yang satu dengan sila yang lainnya. Pancasila juga merupakan satu kesatuan yang logis, sistematis dan hierarkhis yang mana antara sila yang satu dengan yang lainnya membentuk sebuah pyramidal hirarkhis yang dipuncaki oleh sila pertama yaitu berketuhanan Yang Maha Esa.


Selasa, 28 Oktober 2014

Arsitektur klasik

Arsitektur Klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani seperti yang digunakan di Yunani Kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, arsitektur klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.

Arsitektur Klasik memberikan kesan yang anggun dan mewah. Ciri khas arsitektur klasik yaitu pada pilar-pilar, ornament, dan profil-profil yang berkembang pada saat Kerajaan Romawi atau Yunani Kuno. Bangunan dengan gaya klasik memiliki ukurang yang melebihi kebutuhan fungsinya. Memiliki komposisi bangunan yang simetris dengan tata letak jendela yang teratur (monoton).



Untuk desain interiornya, misalnya langit-langit memiliki ketinggian ideal 3.5 meter, sehingga dapat mengekspresikan kemegahan. Bentuk lengkung dan lebar menjadi cirri khas pada tangga rumah klasik. Setiap jenis ruangan dibuat terpisah dengan ukuran yang besar. Dinding dilapisi motif floral atau garis sementara tirai jendela dipilih berbahan tebal dan menjuntai sampai lantai. Furniture pun dipercantik dengan teknik ukir, pahat, dan penyepuhan yang membuatnya semakin telihat mewah. Bahan beludru dan brokat banyak diterapkan sebagai bahan penutup untuk furnitur maupun tirai. Warna-warna seperti kuning keemasan, biru langit dan krem banyak diterapkan pada ruang, furniture maupun elemen pelengkapnya.

Sejarah
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam arsitektur klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal). Sebagai wadah penyembahan tuhan (fungsi rumah peribadatan), dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.
Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.

Arsitektur dari bangsa Yunani dan Roma kuno merupakan dasar-dasar dari bangunan-bangunan klasik yang ada di dunia saat ini. Dari mulai masa kejayaan yunani kuno sampai kejatuhan kerajaan Romawi, banyak bangunan-bangunan besar yang dibangun menggunakan keahlian arsitektur handal.

Arsitek Romawi ternama Marcus Vitruvius yang bejaya di abad pertama BC yakin bahwa para pembangun harus menggunakan prinsip matematika saat membangun kuil. Dalam tulisannya Marcus mengenalkan classical order yang menjelaskan mengenai gaya kolom-kolom dan design simetris yang digunakan dalam arsitektur klasik.

Periode Klasik

700 BC-323 BC: Greek
Doric Column pertama kali dibangun di Yunani dan digunakan untuk kuil-kuil besar termasuk kuil Parthenon di Athena. Kolom yang lebih sederhana digunakan untuk kuil yang kecil dan juga interior bangunan.

323 BC-146 BC: Hellenistic
Pada masa ini Yunani meraih kejayaan tinggi di Eropa dan Asia dan mereka membangun banyak kuil dan bangunan sekuler dengan kolom-kolom ionic dan coronthian. Periode Hellenistic ini berakhir dengan penaklukan dari kerajaan Romawi.

44 BC-476 AD: Romawi
Pada masa ini bangsa Romawi masih mengadopsi gaya Yunani dan Hellenistic namun bangunan yang mereka bangun lebih memiliki banyak ornament. Mereka juga banyak membangun lengkungan dan kubah. Salah satu arsitektur Romawi terkenal adalah colloseum di Roma.

Periode Klasik ke Neo Klasik

Lebih dari 1500 tahun setelah Vitruvius arsitek Romawi menulis bukunya. Arsitek zaman Renaissance Giacomo  da Vignola mengadopsi ide Vitruvius dalam buku arsitekturnya. Five orders of architectures ini diterbitkan di tahun 1563 dan merupakan panduan untuk para kontraktor di Eropa Barat.
Tahun 1570 arsitek renaissance Andrea pallidon menggunakan teknologi baru untuk menerbitkan buku I Quattro Libri dell’ Architeturra atau yang disebut The Four Book Architecture. Dalam buku ini Palladio menunjukkan bahwa aturan klasik tak hanya bisa digunakan untuk membangun kuil namun juga villa pribadi. Ajaran Palladio inilah yang melahirkan ragam gaya arsitektur non-klasik.

Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik

A.      Arsitektur Yunani – Budaya : Polis, filosofis, demokratis
Nilai : Rasionalisme
Preseden : Megaron (rumah vernacular Yunani)
Contoh : Athens Parthenon, Yunani; Nashville Parthenon, Amerika serikat
Unit: stoa (kolom)
Warisan : kanonik: golden section, greek order, geometr, harmoni, proporsi, tektonk, enteleki; struktur: post linthel; tipologi: agora (public space), bouleuterion (balai dewan), gymnasium (sekolah), megaron (rumah), pastanium (kanton walikota), pantheon (kuil), stadion & theather.
Keprofesian : belum ada, bersifat seniman, peneyimbang masyarakat, spiritualis, institusi kemasyarakatan.

Yunani memiliki topologi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudian suku-suku tersebut mulai teroganisir dan membentuk suatu polis (Negara kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadika Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu.


Gambar Edward Dodwell – Viem in Greence, menggambarkan suasana peradaban Yunani dahulu

Yunani dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani sudah lumrahl dalam membicarakan filsafat yang mengedepankan politik, sains, dan seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu, masyarakat Yunani pun memiliki kepercayaan pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus (dewa langit), Poseidon (dewa laut), dan Hades (dewa bawah tanah).

Arsitektur vernacular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll), Partheon (kuil Paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.



Megaron, Yunani


Athens Parthenon, Yunani
B.      Arsitektur Romawi
Budaya : Imperium, etruska, nasionalis
Nilai : Helenisme
Preseden : Arsitektur Yunani
Contoh : Rome pantheon, Italia; Maison Carree, Prancis
Warisan : kanonik; roman order, ggeometri, harmoni, proporsi, tektonik, enteleki; tipologi: rumah pantheon (kuil), kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust (bagian servis pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium (pemandian air hangat), calidarium (pemandian air hangat); struktur: arch, vault dome; material: batu bata.
Keprofesian: sedikit, bersifat insyinyur, arsitek terkenal Marcus Vitruvius Pollio,
Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelask yunani akan jatuh dan menjadi bagian dari Romawi ketika satu per satu wilayah Yunani dipindahtangankan oleh Romawi dan Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yunani. Kelak romawi dengan semangat helenismenya dalam menyebarkan kekuasaan akan membentuknya menjadi imperium (Negara multinasional), etruska (Negara mutietnis), dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotic.
Romawi kedepannya banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerintahannya, kepercayaannya, bahkan arsitekturnya Romawi menjadi Negara imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya. Memiliki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani (dewa langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter, Poseidon menjadi Neptunus dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah menjadi Kristen iman Paulus.
Helenisme semangat patriotic masyarakat Romawi disebarluaskan dengan meluasny ddaerah imperium dan dari peristiwa itulan nilai-nilai klasik Yunani yang kemudian diadaptasi menjadi nilai klasik Romawi tersebar di semenanjung Eropa Barat, dataran Afrika Utara, hingga Padang Arab dan Persia, membentuk sebuah budaya metropolis, adikuasa, serta mutakhir dalam segi teknologi.
Helenisme Romawi sedikit mengurangi nilai rasionalisme Yunani. Budaya disebarluaskan begitu saja tanpa adanya pendalaman logika sehingga penerapannya dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban, dan dengan estetika yang lebih ekletik dan merdeka.
Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa arsitektur lain tetangga imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga lahir tipologi denah dan teknlogi baru dlam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi berupa basilica (pengembangan Parthenon), hypocaust (bagian servis pemandian, apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium (pemandian air hangat) calidarium (pemandian air hangat).

Contoh bangunan Klasik : 





Bangunan Ekologis


Bangunan Ekologis
A.     Definisi Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara organisme dengan suatu lingkungan dan lainnya. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Oikos” (Habitat) dan “Logos” (Ilmu). Ekologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antar mahluk hidup ataupun mahluk hidup dengan lingkungannya berada. Di dalam ekologi, mahluk hidup juga dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernest Haeckel (1834-1914).
B.     Ekologi dan Arsitektur
Arsitektur dan ekologi sangat erat sebagaimana memanfaatkan potensi alam sebaik mungkin guna menciptakan desain go green. Berikut ketertarikan antara pola perencanaan Arsitektur dengan ekologis :
1.      Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melindungin sinar panas, angin, dan hujan
2.      Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
3.      Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
4.       Dinding suatu bangunan harus memberi perlindungan terhadap pamas. Daya serap pamas dam tebalnya dinding sesuai degan kebutuhan iklim/suhu ruang didalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bias menghemat banyak energi.

C.     Prinsip-prinsip ekologi sering berpengaruh terhadap arsitektur (Batel dinur, Interviewing Architecture and Ecology – A theoretical Pespective).
Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain :
a.       Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didesain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
b.      Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharunya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
c.       Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapa dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-agiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Eko arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, tak ada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh uutama yang jelas.
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai mahluk atau organic, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan kedua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan pengguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas.
Pada perkembangannya eko-arsitektur disebut juga dengan istilan green architectur (arsitektur hijau) mengingat subyek arsitektur dan konteks lingkungannya. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energy yang perlu dilestarikan. Eko-arsitektur atau arsirtektur hijau ini dapat disebut juga sebagaia arsitektur hemat energy yaitu salah satu tipologi arsitektur yang berorientasi pada konservasi lingkungan global alami.

D.     Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku :

1.      Perhatian pada iklim setempat. Pengunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Pembangunan yang menghemat energi Orientasi terhadap sinar matahari dan angin. Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam.
2.      Subsitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin. Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
3.      Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang menghemat energi. Memilih bahan bangunan menurut penggunaan sumbeh bahan yang tidak dapat diperbaharui. Upaya memajukan penggunaan energi alternatif. Penggunaan kembali sisa-sisa bahan bangunan yang dapat dibudidayakan.
4.      Pembentukan peredaran yang utuh diantara penyediaan dan pembuangan bahan bangunan, energi, dan air gas kotor, air limbah, sampah, dihindari sejauh mungkin menghemat sumber daya alam (udara, air, dan tanah). Perhatian pada bahan mentah dan sampah yang tercemah perhatian pada peredaran air bersih dan limbah air.
5.      Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi memanfaatkan/menggunakan bahan bangunan bekas pakai. Menghemat hasil produk bahan bangunan. Mudah dirawat dan dipelihara produksi yang sesuai dengan pertukangan hipotesis Gaia.
Yang paling berpengaruh dasar perencanaan arsitektur masa depan adalah Hipotesis Gaia, “kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya dan kehidupan bukan factor penentu, melainkan sistem keseluruhan termasuk lingkungan dan kehidupan.”
Hipotesis ini kemudian dibuktikan karena organisme-organisme dan lingkungan fisik kimia dalam evolusinya yang berhubungan erat sehingga bumi dapat dianggap sebagai mahluk hidup, sebagai organic yang mengatur suhu, iklim, dan susunan kimia. Perencanaan benda apapun yang dihasilkan melalui kecerdasan manusia adalah bagia mikrokosmos. Cara kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan kehidupan mahluk-mahluk lainnya. Kerusakan bumi yang diakibatkan oleh manusia di muka bumi ini akan menyakiti bumi sebagai Gaia dan akan menghancurkan dasar kehidupan manusia.
Pencahayaan dan pembayangan akan memengaruhi orientasi dalam ruang. Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap akan menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang, cahaya matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya matahari masuk dari jendela yang orientasinya terhadap mata angin.
Di alam pencahayaan selalu berasal dari atas yaitu matahari. Pencahayaan matahari didaerah tropis mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka daerah tropis manusia menganggap ruang yang agak gelap sebagai kesejukan akan tetapi untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata manusia.
Berhubung pencahayaan buatan dengan bola lampu dan sebagainya mempengaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan pencahayaan alam yang terang tanpa silau dan tanpa sinar panas. Untuk memenuhi tuntutan yang berlawanan ini maka sebaiknya sinar matahari tidak diterima secara langsung melainkan dipantulkan terlebih dahulu ke dalam air kolam. Lantai atau lewat langit-langit bangunan. Pencahayaan alam mengandung efek penyembuhan dan meningkatkan kreativitas manusia.
Kenyamanan dan kreativitas dapat juga dipengaruhi oleh warna. Oleh sebab itu warna adalah salah satu cara untuk memengaruhi cirri khas suatu ruang atau gedung. Badan manusia bereaksi sangat sensitifterhadap ransangan dari masing-masing warna. Setiap warna memilik frekuensi tertentu, maka pengaruhnya atas badan manusia menjadi berbeda pula.
·         Warna ungu indigo memiliki frekuensi yaitu 750 Thz
·         Warna biru memilik frekuensi yaitu 670 Thz
·         Warna hijau memilik frekuensi tertinggi yaitu 600 Thz
·         Warna Kuning memiliki frekuensi tertinggi yaitu 550 Thz
·         Warna Oranye memiliki frekuensi tertinggi yaitu 500 Thz
·         Warna Merah memiliki frekuensi tertinggi yaitu 430 Thz

Masing-masing warna memiliki ciri khusus yaitu sifat warna, sifat cahay, dan kejenuhan (intensitas sifat warna). Makin jenuh atau kurang bercahaya suatu warna akan makin bergairah, sebaiknya hawa nafsu dapat ditingkatkan dengan penambahan cahaya.
Alat vital manusia juga memiliki warna : Jantung (hijau), Solarplexus (kuning), Lambung (Oranye), Ari-ari (merah), Pangkal teggrorokan (Biru muda), Kemaluan (indigo), Ujung atas kepala (Ungu). Warna juga memiliki arti antara lain:
·         Warna kuning yaitu artinya penolak rasa mengantuk
·         Warna biru artinya penolak rasa sakit/penyakit
·         Warna hitam artinya penolak rasa lapar
·         Warna hijau artinya penolak rasa angkara murka (marah)
·         Warna putih artinya penolak rasa birahi
·         Warna Oranye artinya penolak rasa takut
·         Warna merah artinya penolak rasa tenteram
·         Warna ungu artinya penolak rasa jahat
Pada praktek sehari-hari warna juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual demi peningkatan kenyamanan
·         Langit-langit rumah yang teralu tinggi dapat diturunkan dengan memberi warna hangat dan agak gelap
·         Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah dan diikuti 20cm dari dinding bagian paing atas diberi warna putih yang memberi kesan langit-langit seakan-akan melayang dengan suasana yang sejuk.
·         Warna aktif seperti merah, oranye pada bidang yang luas memberi kesan memperkecil ruang
·         Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi warna hangat pada dinding bagian muka, sedang untuk berkesan luas diberi warna dingin seperti warna putih.
·         Dinding tidak seharusnya dari lantai diberi warna yang sama, jika dinding bergars horizontal ruang berkesan terlindung, sedang evertikal berkesan lebih tinggi.
Apabila ekologi tidak diterapkan dalam dunia Arsitektur
            Salah satu aspek penting dalam desai arsitektur yang semakin hari semakin dirasakan penting adalah penataan energy dalam bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energy dengan cara beralih ke sumber energy terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energy. Konsep penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming. Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alam ini, dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Kebanyakan arsitek hanya mementingkan desain pada bangunan itu sendiri dan tidak melihat disekeliling dampak pada lingkungan tersebut. Apabila tidak diterapkan ekologi dalam arsitektur maka akan terjadi:
1.      Apabila bangunan terbuat dari kaca akan terjadi pemanasan global dan seharusnya diperbanyak vegetasi pada bangunan dan lingkungan tersebut
2.      Apabila bangunan tersebut penghambat arah lajur perairan maka akan menghambat air-air bekas hujan sehingga mengakibatan banjir.



*Arsitektur Yang Sadar Lingkungan
1. Holistik
Konsep ekologi arsitektur yang holistik
Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari
arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur
alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik
(teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi
pembangunan. Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengandung semua bidang.
Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur
karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun,
eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-
arsitektur mengandung juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio
cultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat
lebih kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.


2. Hemat Energi.
Manusia hidup bagi banyak kegiatan ia pasti memerlukan energi, untuk menyediakan
makanan, untuk membakar batu bara dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk
apapun dan pasti akan selalu membebani lingkungan alam. Api yang dapat
memberikan kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung
kekuatan merusak yang menakutkan, dapat melambangkan energi dan bahan
bakarnya. Bahan bakar dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah mengetahui
perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang
tidak dapat diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas bumi) karena dianggap
penggunaannya lebih mudah. Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan
3×1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak
pada kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan
mengakibatkan kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah
kaca dan pemanasan global.

3. Material Ramah Lingkungan.
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
·         Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
·         Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil
             pula limbah yang dihasilkan.
·         Bahan –bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan
·        Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan ke dalam rantai bahan (didaur ulang).
·         Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya (logam berat, chlor)
·         Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama
·         Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.



4. Peka Terhadap Iklim
       Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan

jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi

bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara
letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah
angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan
ventilasi silang.



DASAR-DASAR EKO-ARSITEKTUR

Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1.    Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.    Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.    Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.    Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.



 
Dengan mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam perencanaan maupun pelaksanaan,  eko-arsitektur tidak dapat disamakan dengan arsitektur masa kini. Perencanaan eko-arsitektur merupakan proses dengan titik permulaan lebih awal. Dan jika kita merancang tanpa ada perhatian terhadap ekologi maka sama halnya dengan bunuh diri mengingat besarnya dampak yang terjadi akibat adanya klimaks secara ekologi itu sendiri. Adapun pola perencanaan eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
a.    Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
b.   Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
c.  Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).


d. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
e.    Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
f.     Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya.


  g.    Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif atau teknologi lunak.




 UNSUR-UNSUR POKOK EKO-ARSITEKTUR

Unsur-unsur alam yang dijadikan pedoman oleh masyrakat tradisional antara lain udara, air, api, tanah (bumi), merupakan unsur-unsur pokok yang sangat erat dengan kehidupan manusia di bumi. Dalam kehidupan masyarakat modern pun juga harus tetap memperhatikan unsur-unsur tersebut karena sedikit saja penyalahgunaan unsur alam tersebut besar akibatnya terhadap keseimbangan ekologis. Adapun unsur-unsur pokok eko-arsitektur dapat dilihat pada gambar berikut ini.



            Contoh bangunan ekologis :